Abstract
Most of the world's food is grown, collected, and harvested by over 2.5 billion small-scale farmers, pastoralists, forest dwellers and fisherfolk, of which more than half are women. Women's knowledge and labor play a key role in sustaining the many diverse, local food systems that still exist today throughout the world. Mantasa is an independent organization in Indonesia that works on edible wild plants. Biodiversity is the key to food sovereignty and women are the holders of knowledge and wisdom related to utilization of natural resources for their livelihood. Galengdowo village, discussed here, is a successful case where women use edible wild plants to sustain their food sovereignty.
Abstract in Bahasa Indonesia
Hampir seluruh makanan di dunia ditumbuhkan, dikumpulkan dan dipanen oleh lebih dari 2.5 milyar petani kecil, penggembala, pengembara hutan dan nelayan, dimana lebih dari setengahnya adalah kaum perempuan. Pengetahuan dan tenaga kerja kaum perempuan memainkan peran kunci untuk menjaga sistem pangan lokal yang beraneka ragam, yang masih ada hingga sekarang di seluruh dunia. Mantasa adalah lembaga independen yang bekerja untuk tanaman pangan liar. Keanekaragaman hayati adalah kunci dari kedaulatan pangan dan perempuan adalah pemegang pengetahuan dan kearifan yang berkaitan dengan pemanfaatan sumber daya alam untuk penghidupan. Desa Galengdowo adalah kasus sukses dimana kaum perempuannya memanfaatkan tanaman pangan liar untuk menciptakan kedaulatan pangan mereka.